Neurolinguistik bertujuan untuk memahami cara kerja otak sehubungan dengan bahasa. Bidang penelitian ini berfokus pada fungsi otak dan penggunaan bahasa, termasuk cara orang belajar, memproses bahasa, dan mengekspresikan diri.
Dengan memahami neurolinguistik, Anda dapat lebih memahami cara orang berkomunikasi, mempelajari bahasa, dan memproses informasi yang Anda komunikasikan dengan mereka. Pada artikel kali ini kita akan membahas apa itu neurolinguistik, bagian otak mana yang memproses bahasa, apa itu afasia, dan bagaimana bidang neurolinguistik berkembang.
Apa Itu Neurolinguistik?
Neurolinguistik adalah studi tentang apa itu bahasa dan bagaimana otak memprosesnya. Orang yang mempelajari neurolinguistik mencoba memahami bagaimana otak manusia mengubah suara atau simbol menjadi bahasa lisan dan tulisan yang dapat dimengerti. Bidang ini juga mencakup studi tentang bagaimana otak mempelajari, menyimpan, dan mengingat informasi verbal.
Bidang neurolinguistik lainnya mempelajari bagaimana orang menerjemahkan informasi linguistik yang mereka ketahui ke dalam ekspresi, baik dalam komunikasi lisan atau tertulis. Misalnya, jika seseorang mengetahui banyak bahasa, mereka sering kali dapat beralih antar bahasa yang berbeda. Ahli neurolinguistik dapat mencoba memahami proses di dalam pikiran para bilingual untuk lebih memahami kemampuan bahasa mereka.
Di Manakah Letak Aktivitas Bahasa Di Otak?
Otak bekerja dengan menyimpan informasi di sel-sel otak, dan banyak bagian otak yang memiliki fungsi bahasa. Sel-sel otak terhubung melalui jaringan saraf dan membawa informasi ke berbagai bagian otak, mengendalikan berbagai fungsi seperti berjalan, berbicara, dan menulis.
Jaringan saraf otak bisa kuat atau lemah tergantung pada tujuannya. Jalur saraf yang lebih sering digunakan seseorang mungkin lebih kuat dibandingkan jalur saraf yang jarang digunakan. Ketika orang mempelajari hal-hal baru, mereka juga dapat menciptakan jalur saraf baru. Misalnya, orang bilingual memiliki jalur saraf berbeda untuk setiap bahasa yang mereka ketahui. Ketika seseorang berbicara suatu bahasa, mereka hanya menggunakan akses ke bahasa tersebut.
Apa Itu Afasia?
Afasia adalah hilangnya atau hilangnya sebagian bahasa karena kerusakan atau trauma pada otak. Afasia dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, memengaruhi berbagai elemen kemampuan seseorang dalam memproses bahasa. Afasia dapat mengganggu kemampuan untuk memahami apa yang dibaca atau didengar orang lain saat mereka berbicara. Jenis afasia lainnya dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Ada Tiga Jenis Afasia :
1. Mengekspresikan Afasia
Orang-orang dengan afasia jenis ini memahami bahasa, tetapi mereka kesulitan berbicara. Mereka mendengar apa yang dikatakan orang lain, mereka memproses dan memahami apa yang mereka dengar, namun mereka mungkin mengalami kesulitan dalam berbicara. Mereka juga bisa membaca tetapi kesulitan menulis. Penderita afasia ini sering berbicara dengan kalimat pendek dan tata bahasanya salah. Misalnya, seseorang dengan afasia ekspresif mungkin mengatakan “pergi ke toko” daripada “Saya ingin pergi ke toko”. Terlepas dari itu, pendengar terkadang dapat memahami apa yang ingin dikatakan oleh penderita afasia.
2. Komprehensif
Jenis afasia ini melibatkan kemampuan memahami bahasa. Orang dengan afasia gabungan mengalami kesulitan memahami apa yang dikatakan orang lain kepada mereka. Dalam percakapan, mungkin sulit bagi orang lain untuk memahami Anda, dan ketika mereka berbicara, Anda mungkin tidak memahaminya. Berbeda dengan afasia ekspresif, penderita afasia asosiatif berbicara dalam kalimat panjang yang seringkali tidak dapat dipahami orang lain. Orang dengan afasia jenis ini dapat mengekspresikan diri tetapi sering kali mengalami kesulitan dalam memahami bahasa.
3. Global
Seringkali, penderita afasia ini mengalami kesulitan memahami dan mengungkapkan bahasa. Mereka juga kesulitan membentuk kata dan berbicara dalam kalimat. Afasia global sering kali terjadi dengan kerusakan otak yang parah dan disertai dengan kecacatan yang signifikan.
Pengobatan afasia
Bagi penderita afasia, termasuk mereka yang mengalami kerusakan otak, ada kemungkinan untuk memulihkan beberapa keterampilan bahasa yang hilang atau meningkatkan keterampilan bahasa yang sudah ada. Misalnya, terapi wicara dapat membantu orang yang mengalami afasia. Jenis terapi ini berupaya membantu pasien mendapatkan kembali kemampuan berbicara dengan bekerja pada jalur saraf melalui aktivitas bicara. Seiring waktu, mereka dapat memperbaiki atau mengaktifkan kembali jalur saraf yang rusak. Terapi wicara juga dapat membantu memulihkan fungsi pemrosesan bahasa mereka.
Bagaimana Perubahan Neurolinguistik Baru-Baru Ini?
Hingga tahun 1990-an, ahli neurolinguistik terutama mempelajari orang-orang dengan afasia. Para ilmuwan percaya bahwa jika seseorang telah merusak suatu bagian otak dan kehilangan sebagian kemampuan untuk memahami bahasa atau berkomunikasi, maka bagian otak tersebutlah yang mengontrol aspek bahasa tersebut.
Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa fungsi bahasa terutama berada di wilayah Broca dan Wernicke di belahan otak kiri. Area Broca adalah bagian dari lobus frontal yang diyakini Pierre-Paul Broca berkontribusi pada pemahaman bahasa. Ahli saraf Carl Wernicke percaya bahwa area Wernicke berkontribusi pada bahasa.
Seiring berjalannya waktu dan berkat kemajuan teknologi, para peneliti semakin mempelajari bagaimana otak manusia memproses bahasa secara umum. Hasilnya, kita lebih memahami bagaimana otak memproses bahasa. Pemrosesan bahasa kini dianggap lebih kompleks, melibatkan banyak bagian otak yang menggunakan wilayah berbeda untuk memproses informasi terkait bahasa yang berbeda.
Contoh Neurolinguistik
Berikut adalah contoh bagaimana otak memproses informasi menurut neurolinguistik saat ini:
Seorang pria membaca kata “wortel” di sebuah buku. Otak mereka langsung mengingat arti kata tersebut. Selain itu, otak mereka mengingat bau, rasa dan rasa wortel. Orang ini juga menceritakan bahwa mereka menikmati makan wortel dan memiliki kenangan tentang wortel, termasuk gambar seperti apa wortel. Artinya, selain mengolah kata “wortel”, otak manusia juga mengasosiasikan kata tersebut dengan pengalamannya terhadap wortel. Contoh berikutnya adalah ketika seseorang mengatakan main “game online”, otak mereka langsung mengigat arti kata tersebut. Selain itu, otak mereka juga mengigat jika ingin bermain game judi online, lebih baik bermain disitus yang sudah terpercaya yaitu betberry.
BACA JUGA : Mengatasi Ketakutan dengan NLP